Ditulis pada 11 Juli 2017 oleh Prof Wim Poli.
Tidak penting siapa namanya. Yang penting ialah ia seorang pemuda asal Buton, yang pada usia muda membentuk dirinya secara mandiri, di luar tembok lembaga pendidikan formal, di tanah perantauan, jauh dari kampung halaman yang nyaman. Sebuah risiko!
Pada tanggal 15 Juni 2007, ketika sedang melihat-lihat kesibukan di Pasar Genyem, Nimboran, Jayapura, kebetulan penulis melihat lalu menyapa seorang pemuda yang menjual pakaian ”cakar” (cap karung), yaitu pakaian bekas yang dibeli per karung oleh pengecer dari pemasoknya. Berikut adakah beberapa butir informasi yang diperoleh dari pemuda perantau ini.
Ia lahir pada tahun 1975, dan tidak tamat SMP di Buton, Sulawesi Selatan. Sejak usia 16 tahun ia sudah merantau ke Kalimantan, kemudian selama enam kali ke Malaysia, sebagai TKI ilegal, yang di Malaysia dijuluki ”pendatang haram.” Sebagai ”pendatang haram” ia sewaktu-waktu terancam tertangkap dan dipenjarakan. Sebuah risiko. Karena kesulitan mengurus paspor ke Malaysia, maka ia beralih kerja, menjual pakaian ”cakar”. Apakah ia akan berhasil dengan usaha baru ini? Sebuah risiko lagi!
Tanpa isteri dan anak yang ditinggalkannya di kampung asalnya, ia mengontrak kamar seharga Rp. 200.000 per bulan di Genyem. Barang dagangannya dibelinya per karung di Jakarta. Biaya per karung hingga tiba di Genyem adalah sebesar Rp. 5 juta. Menurut perkiraannya ia dapat peroleh Rp. 4 sampai Rp. 5 juta per bulan. Jumlah ini melebihi gaji awal PNS yang bergelar sarjana. Sang PNS lebih pasti memperoleh pendapatannya per bulan, sedangkan sang pemuda perantau ini menanggung risiko kegagalan.
Dari informasi di atas dapat disimpulkan adanya ketegangan antara tindakan dan hasil yang diperhitungkan akan diperoleh pemuda perantau ini. Ketegangan inilah yang dinamakan ketegangan kreatif (”creative tension”). Dalam kurun waktu, yang mengantarai tindakan dan hasil tindakan, ia menanggung risiko yang tertimbang (”calculated risk”). Itulah ciri pokok seorang wirausaha.
Pertanyaan: Adakah sesuatu informasi dari kasus ini yang perlu diperhitungkan dalam usaha pembentukan kewirausahaan yang kini sedang digalakkan di Indonesia?
No comments:
Post a Comment