DARK MODE 

Monday, 3 July 2017 by

GADING GAJAH

Ditulis pada 03 Juli 2017 oleh Prof Wim Poli.

Sebuah pepatah Indonesia berbunyi: “Harimau mati meninggalkan belangnya, gajah mati meninggalkan gadingnya.” Pepatah ini sangat relevan diterapkan pada kehidupan almarhum Lee Kuan Yew (1923-2015), Perdana Menteri pertama Singapura, yang meninggal pada 23 Maret 2015. 

Empat tahun sebelum meninggal ia mengumpulkan sejumlah wartawan, yang ditugaskannya untuk mewancarai para pemuda Singapura, mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Berbekal hasil wawancara tersebut para wartawan ini selanjutnya mewancarai Lee Kuan Yew selama 32 jam. Hasil akhirnya ialah, terbitnya sebuah buku dengan judul “Hard Truths to Keep Singapore Going” pada tahun 2011. Buku tersebut berisi fakta yang gamblang, bagaikan “gading gajah” yang diwariskannya kepada Singapura.

Salah seorang wartawan perempuan termuda memberikan kesaksiannya tentang wawancara tersebut sebagai berikut: “Ketika berbicara, matanya bernyala-nyala, dengan gigi yang digertakkan. 

Ia mengepalkan tinjunya dan suaranya menggumpal ke dalam kerongkongannya sebelum dimuntahkan ke luar Pada saat itu, pancaran mukanya menampakkan kembali determinasi yang menyala-nyala sebagai seorang pemimpin muda pada tahun 1950an dan 1960an, ketika ia menyemangati rakyatnya sendiri. Orang lalu mengingat kembali bahwa Lee dilahirkan sebagai pemimpin.”

Renungan: Warisan terbaik seseorang pemimpin kepada generasi penerusnya ialah kepedulian dan keteladanannya, yang menjadi modal keberlanjutan pembangunan di masa depan. Berlaku juga untuk diriku dan bangsaku, Indonesia.

No comments:

Post a Comment