Ditulis pada 12 Juli 2017 oleh Prof Wim Poli.

Karya organisasi bukanlah kumpulan karya individual para anggota organisai. Bahkan, karya individual dapat menghambat karya bersama.. Hubungan keduanya menjadi pusat perhatian Jenderal Douglas McArthur (1880-1964) ketika ia menjadi pimpinan puncak di West Point, Akademi Angkatan Bersenjata AS.
Sebagai pimpinan puncak, McArthur mengadakan berbagai reformasi dalam pendidikan para kadet untuk pembentukan watak pemimpin masa depan. Dalam hal ini ada kenyataan yang mengganggu pikirannya. Ia mencatat adanya lulusan West Point yang tinggi prestasi akademiknya, dan kemudian tinggi juga prestasinya di lapangan kerja. Tetapi, ada pula lulusan yang pas-pasan prestasi akademiknya, tetapi kemudian tinggi prestasinya di lapangan kerja. Karena heran, ia bertanya: MENGAPA?.
Pertanyaan MENGAPA? segera dilanjutkan dengan pertanyaan APA? yang harus dilakukan. Ia memerintahkan diadakannya penelitian untuk menjelaskan kenyataan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semua lulusan yang tinggi prestasinya di lapangan kerja terlibat dalam atletik beregu selama mereka menjadi kadet. Ternyata mereka itu: (1) gigih mencapai prestasi inidividual, yang (2) menunjang prestasi kelompok, dan (3) sportif terikat pada peraturan yang berlaku.
Dari MENGAPA? dan APA? ia melanjutkan ke BAGAIMANA pembentukan watak pemimpin masa depan? Atletik beregu dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan di West Point. Tindakan berdasarkan fakta. Ada bukti keberhasilan?
Kontingen AS yang dipimpin McArthur ke Olimpiade Amsterdam pada tahun 1928 dengan mudah memenangkan 8 medali emas untuk atletik beregu, dan hanya 1 medali emas untuk atletik perorangan.
Dengan fakta tersebut di atas, kata McArthur kemudian: “Kegigihan individual dan regu di lapangan olahraga berbuah kemudian di lapangan lain, di waktu lain, di tempat lain.”
Renungan: Olahraga dapat direkayasa menjadi sarana pembentukan watak pemimpin bangsa masa depan, bukan sarana perjudian para pejabat pengelolanya. Pengalaman Indonesia?
No comments:
Post a Comment