Kini, di dunia perpolitikan, puja-hujat adalah sebuah gejala yang kian mengglobal. Perang-tanding antara lain ditampilkan dalam bentuk baliho raksasa yang terpampang di berbagai tempat strategis.
Jika fotoku diperkecil sekecil-kecilnya, apakah diriku bertambah kecil? Jika fotoku diperbesar sebesar-besarnya, apakah diriku bertambah besar? Besar kemungkinan semua orang akan menjawab kedua pertanyaan ini dengan: TIDAK.
Tidak, karena fotoku bukan diriku. Fotoku dinamakan “phenomenon” oleh Immanuel Kant (1724-1804), tokoh abad pencerahan. Diriku yang sebenarnya dinamakannya “noumenon,” atau “das Ding an sich” (Jerman: barang itu sebagai dirinya sendiri), yang pasti tidak sama dengan “phenomenon.”
Renungan: Dipuja atau dihujat orang lain di media sosial atau di mana pun, DIRIKU adalah tetap DIRIKU, yang pasti tidak sepenuhnya dikenal orang lain. – (20/12/2020)
Penulis: Prof Wim Poli
No comments:
Post a Comment